Rabu, 05 Juni 2013

Teknik Pemijahan Ikan Nila


CARA PEMIJAHAN IKAN NILA
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nila GIFT (Genetic Improvement of Farmed Tilapia) merupakan salah satu jenis komoditas ikan air tawar yang cukup potensial untuk dikembangkan karena pertumbuhannya cepat, relatif lebih tahan penyakit dan toleran terhadap kualitas air kurang baik. Salah satu masalah yang dihadapi pembudidaya ikan dalam pengembangan ikan nila gift (Oreochromis niloticus bleeker) adalah terbatasnya stok benih ikan. Secara genetik ikan nila gift (Oreochromis niloticus bleeker) telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan nila lain. Selain itu, ikan nila gift sama seperti ikan nila lainnya mempunyai sifat omnivora, sehingga dalam kegiatan usaha budidaya akan sangat efisien, dalam hal ini dapat menurunkan biaya pakan.
Peningkatkan produksi ikan nila gift (Oreochromis niloticus bleeker) yang masuk ke Indonesia pada tahun 1984 dan 1996 dari ICLARAM Philipina melalui Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (Balitkanwar).. Ikan nila gift adalah ikan hasil seleksi dan persilangan dari 8 strain ikan nila yang dikumpulkan dari 8 negara di dunia yaitu Mesir, Ghana, Senegal, Kenya, Israel, Singapura, Thailand, dan Taiwan (Velasco et al., 1996).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biologi Ikan Nila GIFT
2.1.1. Klasifikasi Ikan Nila GIFT
Sistematika ikan nila gift tidak jauh berbeda dalam pengelompokan sistematika dengan jenis ikan lainnya. Menurut Siregar (2003), klasifikasi ikan nila gift adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidae
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis niloticus
Gambar 1. Ikan Nila GIFT (Oreochromis niloticus)
2.1.2. Morfologi Ikan Nila GIFT
Ikan nila gift mempunyai bentuk tubuh yang agak memanjang dan pipih ke samping, mempunyai warna hitam agak keputihan, sisiknya besar dan kasar serta tersusun rapi. Ikan nila gift termasuk golongan omnivora yaitu pemakan segala jenis makanan. Mata ikan menonjol agak besar dengan bagian tepi berwarna hijau kebiruan. pH air untuk nila gift berkisar antara 6 – 8,5, namun pertumbuhan optimalnya terjadi pada pH 7 – 8. (Siregar, 2003).

2.2. Teknik Pembenihan Ikan Nila Gift

2.2.1. Persiapan Kolam
Dua minggu sebelum dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasar kolam dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rumput-rumputan dan dicangkul sambil diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai terjadi kebocoran. Dipasang saringan pada pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Tanah dasar dikapur untuk menstabilkan pH tanah dan memberantas hama dan penyakit dengan menggunakan kapur tohor sebanyak (100-300) kg/ha. Pemupukan dengan pupuk kandang dengan dosis (1-2) ton/ha. Setelah semuanya siap, kolam diairi mula-mula sedalam (5-10) cm dan dibiarkan (2-3) hari agar terjadi mineralisasi tanah dasar kolam, lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman (80-100) cm, kemudian kolam siap ditebari induk ikan. (Suyanto, 1993).
2.2.1. Pemilihan dan Penyimpanan Induk
Untuk memilih induk yang baik diperlukan pengalaman. Namun demikian sebagai pedoman praktis, ciri-ciri induk ikan nila yang baik adalah sebagai berikut (Anonimus, 2009) :
a. Umur antara (4-5) bulan dan bobot (100-150) gram. Induk yang paling produktif bobotnya antara (500-600) gram.
b. Tanda nila jantan, warna badannya lebih gelap dari betina. Sifatnya galak terutama terhadap jantan lainnya. Alat kelamin berupa tonjolan (papila) di belakang lubang anus. Pada tonjolan itu terdapat satu lubang untuk mengeluarkan sperma. Bila waktu memijah tiba, sperma yang berwarna putih keluar dengan pengurutan perut ikan ke arah belakang.
c. Tanda nila betina, warna tubuh lebih cerah dibandingkan dengan jantan dan gerakannya lamban. Bila telah mengandung telur yang matang (saat hampir mijah), perutnya tampak membesar. Namun bila perutnya diurut, tidak ada cairan atau telur yang keluar.
Induk jantan dan betina disimpan secara terpisah. Selama peyimpanan, induk ikan juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet. Banyak pakan yang diberikan 3% x bobot total induk sebanyak 3 kali sehari. (Anonimus, 2009).

2.2.2. Pematangan Gonad
Pematangan gonad merupakan tahap pertama dalam pemijahan benih. Induk diberi pakan (pelet), 3% x bobot total induk dan diberikan sebanyak 3 kali sehari yang mengandung protein sebanyak (30-40)% dengan kandungan lemak tidak lebih 3%. Perlu pula ditambahkan vitamin E, dan C yang berasal dari taoge dan daun-daunan/sayuran yang diiris. Kurang lebih 2 minggu kemudian, induk sudah mengalami matang gonad dan telur. Pada saat itu induk sudah dapat dipijahkan. Bobot induk antara 500-600 gram/ekor. (Anonimus, 2009).

2.2.3. Pemijahan dan Penetasan Telur
Pemijahan terjadi setelah hari ketujuh sejak penebaran induk. Pemijahan terjadi di lubang-lubang (lekukan berbentuk bulat) berdiameter (30-35) cm diatas kolam yang merupakan sarang pemijahan. Ketika pemijahan berlangsung, telur yang dikeluarkan induk betina dibuahi sperma induk jantan. Selanjutnya, telur yang sudah dibuahi tersebut dierami induk betina di dalam mulutnya. Induk betina yang sedang mengerami telurnya biasanya tidak makan alias puasa.(Khairuman dkk, 2003).
Telur menetas setelah 2 hari. Anak nila (burayak) yang baru menetas masih mengandung kantong kuning telur. Ukuran burayak yang baru menetas antara (0,9-1) mm. Burayak ini masih terus tinggal di dalam mulut induk sampai (5-7) hari sampai kuning telurnya diserap habis. Setelah itu barulah keluar dari mulut induknya dan mencari makan sendiri. (Anonimus, 2009).
2.2.4. Pemanenan Larva
Larva bisa segera dipanen setelah induk melepaskan benih dari dalam mulutnya. Pemanenan ini harus dilakukan pada saat yang tepat (paling lambat dua hari setelah dikeluarkan dari mulut induk). Waktu panen yang ideal dilakukan pada pagi hari ketika kondisi oksigen (O2) dalam jumlah banyak, hal ini ditandai dengan banyaknya larva yang muncul ke permukaan air kolam, terutama di bagian pinggir kolam. Jika pemanenan terlambat dilakukan, larva sudah berpindah ke arah tengah kolam sehingga sulit untuk ditangkap. (Khairuman dkk, 2003).
2.3. Pemeliharaan Larva
2.3.1. Persiapan Wadah
Pemeliharaan dapat dilakukan di dalam kolam atau bak khusus. Ukuran kolam sebaiknya tidak terlalu luas agar mudah dilakukan pengawasan. Bila menggunakan kolam tanah, luasnya tidak lebih dari 500 m2. Luas kolam yang ideal adalah 100 m2. Kolam tanah dipupuk terlebih dahulu sebelum ditebari burayak agar pakan alami dapat tumbuh. Jika menggunakan bak semen maka pakan alaminya harus dikultur di bak sendiri. Setelah dikultur pakan tersebut diberikan pada burayak sedikit demi sedikit. (Suyanto, 1993).
2.3.2. Pemberian Pakan
Selama pemeliharaan (3-4) minggu angka mortalitas burayak dapat mencapai (30-50) %. Namun, angka tersebut masih dianggap normal. Burayak yang telah berumur 1 minggu sudah dapat memakan kutu air (Moina, Diaphanosoma) yang berukuran (0,2-0,5) mm. Satu minggu berikutnya, burayak sudah dapat memakan makanan yang lebih besar ukurannya, seperti zooplankton bangsa cladocera dan copepoda yang berukuran (1-5) mm. Pakan tambahan yang dapat diberikan berupa butir-butir pakan yang disebut crumble (remah). Setelah pemeliharaan selama (3-4) minggu, panjang badan burayak (2-3) cm. Pada ukuran tersebut burayak sudah dapat dijual. (Suyanto, 1993).
2.3.3. Pengontrolan Air
Penggantian air harus sering dilakukan agar airnya selalu segar dan cukup oksigen. Pemasukan air baru sebaiknya dilakukan pagi dan sore/malam hari selama (1-2) jam. Pemasukan ini diiringi dengan pembuangan air yang seimbang. Air yang masuk harus jernih agar burayak tidak terganggu oleh endapan lumpur. Bila kekurangan oksigen, burayak akan timbul di permukaan air dan tampak terengah-engah. Ini dapat diatasi dengan pemberian aerator pada kolam terutama di waktu malam. (Suyanto, 1993).
2.4. Panen Benih
Pemanenan dan penangan benih memerlukan kecermatan, khususnya pada benih yang masih kecil. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi saat kondisi oksigen dalam jumlah banyak. Di Indonesia terdapat dua cara panen yaitu panen sebagian dan panen total. Adapun caranya dapat dilihat sebagai berikut (Suyanto, 1993) :
a. Panen Sebagian
Panen sebagian biasanya menggunakan anco. Anco dipasang di dalam kolam. Di dalam anco ditaburkan sedikit pakan agar benih ikan berkumpul di atas anco tersebut. Setelah benih berkumpul, anco di angkat, kemudian benih diambil. Anco digunakan bila ingin menangkap benih dalam jumlah sedikit.
b. Panen Total
Alat-alat yang diperlukan untuk panen total adalah beberapa buah baskom, beberapa buah ember, anco, dan seser. Sebelum panen dimulai air kolam dikeluarkan secara perlahan hingga tersisa 10 cm. Pada saat itu, pemanen turun ke dalam kolam untuk megatur sisa air agar mengalir ke arah pintu pembuangan melalui parit (kemalir) yang terdapat di tengah dasar kolam. Pemanen harus menyibak-nyibakkan lumpur yang di dalam kemalir agar aliran air lancar. Kemudian benih ikan digiring perlahan-lahan ke arah kemalir. Sementara itu, di ujung kemalir (di dekat pintu pembuangan) dibuat kobakan/cekungan seluas 1 x 2 m. Benih ikan yang terkumpul dalam kobakan, lalu ditangkap dengen seser. Hasil tangkapan dikumpulkan di dalam baskom yang berisi air setengahnya. Kemudian baskom yang sudah berisi benih ikan dibawa ke tempat penampungan sementara. Namun, sebelumnya tempat penampungan tersebut diisi air dan dipasang hapa.
2.5. Hama Dan Penyakit
2.5.1. Hama
Umumnya, hama dikenal juga sebagai predator atau pemangsa. Hama berupa hewan baik yang hidup di dalam air maupun yang hidup di darat. Hama yang umum menyerang ikan nila, antara lain ular, lingsang, kodok dan burung. Hama dapat ditanggulangi dengan membasmi hama tersebut ataupun dengan cara memasang perangkap. Kegiatan yang paling efektif adalah melokalisir seluruh areal perkolaman dengan pagar tembok sehingga hama tidak bisa dengan mudah masuk ke areal perkolaman. (Khairuman dkk, 2003).
2.5.2. Penyakit
Penyakit pada ikan nila gift sama dengan penyakit ikan nila pada umumnya, antara lain( Anonimus, 2009) :
a. Penyakit pada kulit
Gejala yang terlihat yaitu pada bagian tertentu berwarna merah, berubah warna dan tubuh berlendir. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara :
Direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama (30-60) menit dengan dosis 2 gram/10 liter air. Pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian.
b. Penyakit pada insang
Gejala yang terlihat yaitu pada bagian tutup insang terjadi pembengkakkan, lembar insang pucat/keputihan. Pengendalian penyakit ini sama dengan pengendalian pada kulit.
c. Penyakit pada organ dalam
Gejala yang terlihat yaitu perut ikan membengkak, sisik berdiri, dan ikan tidak gesit. Pengendalian penyakit ini sama dengan pengendalian pada kulit dan insang.
Secara umum, hal-hal yang dilakukan untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit adalah sebagai berikut (Anonimus, 2009) :
1. Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
2. Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
3. Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air.
4. Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitas.
5. Binatang seperti burung, siput sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.
2.6. Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air adalah cara pengendalian kondisi air di dalam kolam budidaya sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan hidup bagi ikan yang akan dipelihara. Dalam budidaya ikan nila di kolam agar ikan dapat tumbuh dan berkembang, kondisi air kolam budidaya harus sesuai dengan kebutuhan ikan nila. Adapun variabel kualitas air yang sangat berpengaruh terhadap ikan nila adalah sebagai berikut (Anonimus, 2009):
a. Suhu Air
Suhu air merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena mempengaruhi laju metabolisme dalam tubuh ikan. Pada suhu air yang tinggi maka laju metabolisme akan meningkat, sedangkan pada suhu yang rendah, maka laju metabolisme akan menurun. Dengan suhu yang optimal, laju metabolisme akan optimal. Pertumbuhan ikan nila sangat dipengaruhi oleh suhu air dalam usaha pembenihan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, suhu optimum untuk pertumbuhan ikan nila adalah (25-30)oC.
b. Volume Air
Pertumbuhan ikan nila yang dipelihara dalam air mengalir lebih cepat daripada yang dipelihara dalam air tergenang. Selain itu, volume air sangat menentukan padat penebaran ikan nila yang optimal.
c. Kadar Oksigen Terlarut
Ikan nila merupakan ikan yang tahan terhadap kekurangan oksigen terlarut dalam air, namun pertumbuhan ikan ini akan optimal jika kandungan oksigen terlarut lebih dari 3 ppm. Kandungan oksigen terlarut kurang dari 3 ppm dapat menyebabkan ikan tidak dapat tumbuh dan akhirnya mati.
d. Kadar Garam (salinitas)
Ikan nila mempunyai toleransi salinitas yang cukup luas, tetapi ertumbuhan ikan nila pada kadar garam lebih dari 30% akan terhambat. Pada kadar garam yang tinggi ikan membutuhkan energi yang minim untuk osmoregulasi sehingga energi yang digunakan untuk pertumbuhan berkurang.

Selasa, 04 Juni 2013

Foto pemijahan ikan








PEMIJAHAN IKAN NILA


PEMIJAHAN IKAN NILA

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar dunia. Beberapa hal yang mendukung pentingnya komoditas nila adalah :
a) memiliki resistensi yang relatif tinggi terhadap kualitas air dan penyakit,
b) memilliki toleransi yang luas terhadap kondisi lingkungan,
c) memiliki kemampuan yang efisien dalam membentuk protein kualitas tinggi dari bahan organik, limbah domestik dan pertanian,
d) memiliki kemampuan tumbuh yang baik, dan
e) mudah tumbuh dalam sistem budidaya intensif.
Sebagai salah satu jenis ikan air tawar, nila telah lama pula dikembangkan sebagai komoditi ekspor baik dalam bentuk ikan utuh maupun dalam bentuk fillet. Negara-negara pengekspor ikan nila antara lain China, Ekuador, Kuba, Honduras, dan juga Indonesia. Adapun negara-negara yang tercatat sabagai pengimpor ikan nila antara lain Timur Tengah, Singapura, Jepang dan Amerika Serikat. Kebutuhan ikan nila Amerika Serikat cukup tinggi sedangkan produksi nila domestik belum dapat memenuhi kebutuhannya. Pada tahun 1998 impor nila Amerika Serikat dari manca negara mencapai 45 ton dan pada tahun 1999 meningkat lagi 15% atau sekitar 52 ton (infofish, 2001).
Pengembangan Budidaya nila di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1969. Namun demikian budidaya secara intensif mulai berkembang tahun 1990-an yang berkaitan dengan maraknya budidaya nila di Keramba Jaring Apung. Perkembangan budidaya intensif di Indonesia belum begitu menggembirakan karena beberapa faktor antara lain masih rendahnya efisiensi produksi dan rendahnya harga pasar disamping pengadaan benih dan induk yang bermutu.
Teknologi budidaya ikan nila dalam mendukung intensifikasi pembudidayaan diarahkan untuk meningkatkan efisiens produksi, dalam rangka meningkatkan daya saing harga. Beberapa upaya yang berkaitan dengan pengkajian teknologi antara lain pengkajian teknik pembenihan, yang meliputi; kontruksi kolam pemijahan, teknik pengelolaan induk dalam pemijahan (jumlah induk minimal yang dipijahkan dalam rangka menghambat laju silang dalam), teknik produksi benih tunggal kelamin jantan dan benih steril (melalui hormonisasi, YY-Male, dan tetraploidisasi). Sedangkan pengkajian teknik pembesaran diarahkan untuk menghasilkan ikan konsumsi yang memenuhi persyaratan ukuran permintaan ekspor (ukuran ikan minimal 500 gram per ekor) antara lain melalui kajian penggunaan benih tunggal kelamin.

II. TEKNIK PRODUKSI IKAN NILA
1. Pembenihan
Teknik pembenihan yang tepat dengan kualitas benih yang unggul
Bahan dan Peralatan
- Sarana pembenihan dapat berupa kolam atau bak, keramba, dan kolam sawah.
- Wadah pemeliharaan induk di kolam/KJA berbentuk empat persegi panjang/bujur sangkar, tidak luas, dalam dan tertutup. Desain untuk pemijahan dan penampungan di kolam berbentuk persegi panjang dangkal dan tidak luas.
- Desain tempat pemeliharaan induk dan pemijahan di kolam kedalaman 1,2 m di bagian terdangkal dan 1,4 m di bagian terdalam dengan luas minimum 0,2 Ha.
- Induk ikan nila
Pedoman Teknis
a. Persiapan
- Induk ikan nila yang selama pemeliharaan diberi pakan bermutu tinggi dalam jumlah yang cukup dan sudah didesinfeksi agar bebas dari jasad penyakit.
- Induk jantan yang telah matang gonad berwarna hitam kelam, bagian dagu putih, alat kelamin meruncing dengan warna putih bersih dan ujung sirip ekor dan sirip punggung berwarna merah cerah. Induk betina yang telah matang gonad mempunyai badan yang berwarna hitam kelam, bagian dagu putih.
- Induk harus sudah memijah tidak lebih dari 6 kali.
- Kolam hendaknya dengan dasar pasir.
b. Pemijahan
BBAT Sukabumi mengembangkan sistem pengelolaan induk dalam satu unit produksi benih dengan mempertimbangkan bilangan pemijah. Jumlah induk dalam satu populasi pemijahan secara masal disebut satu paket. Satu paket induk berjumlah 400 ekor yang terdiri dari 100 ekor jantan dan 300 ekor betina (Ne = ±133,3). Dengan induk sejumlah ini diharapkan dapat menghambat laju silang dalam dan memungkinkan keturunannya dapat dijadikan induk kembali setelah melalui kegiatan seleksi.
Penebaran induk dilakukan pada pagi hari saat suhu udara dan air masih rendah. Padat tebar induk adalah 1 ekor/m2, sehingga satu paket induk sebanyak 400 ekor memerlukan lahan untuk pemijahan seluas 400 m2. Satu periode pemijahan berlangsung selama 10 hari untuk dapat dilakukan pemanenan larva. Proses pemijahan sendiri dapat berlangsung selama delapan periode pemijahan dengan delapan kali pemanenan larva, tanpa harus mengangkat induk. Setelah akhir periode, induk diangkat dari kolam pemijahan dan dipelihara secara terpisah antara jantan dan betina untuk pematangan gonad selama 15 hari. Selanjutnya paket induk tersebut dimasukkan kembali kedalam kolam pemijahan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
- Ikan nila dapat dipijahkan secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon), semi buatan (dengan pemberian rangsangan hormon dengan proses ovulasi secara alamiah), dan buatan (dengan pemberian rangsangan hormon dengan proses ovulasi dan pembuahan dilakukan secara butan).
- Rangsangan agar induk dapat memijah dapat dilakukan dengan cara manipulasi lingkungan seperti pengeringan kolam, pengaliran air baru dan pemberian lumpur pada dasar kolam atau dengan cara hormonal/teknik hipofisasi.
- Setelah induk ikan betina memijah maka di dalam kolam yang telah disterilisai, induk-induk ikan tersebut diberi kejutan agar segera mengeluarkan telur yang dierami di dalam mulutnya ke media wadah.
- Telur ditetaskan ditempatkan dalam media wadah dan induk dikembalikan kedalam kolam pemijahan.
c. Penetasan telur
- Penetasan sebaiknya dilakukan di dalam akuarium/kontainer dengan kondisi lingkungan yang menyerupai mulut ikan nila.
- Wadah penetasan telur harus bersih dan telah dikeringkan 1-2 hari, dan telah direndam dengan larutan KMnO4 dengan dosis 20 ppm atau Malachit 5-10 ppm selama 15-30 menit. Air yang digunakan harus berkualitas baik dan baru seperti dari sumber air, sumur, air irigasi yang telah difilter. Aliran air dengan debit 10-15 l/menit. Pemeliharaan larva dan benih dipersiapkan secara cermat.

d. Kontruksi Kolam pembenihan
Kontruksi kolam yang digunakan merupakan penyempurnaan dari kontruksi sebelumnya yang menggunakan pintu monik sebagai out let. Outlet kolam menggunakan “standing pipe”. Kontruksi ini tidak memerlukan kayu papan untuk menutup pintu pengeluaran kolam (outlet), saat pemanenan cukup dengan memiringkan pipa sedikit demi sedikit sehingga larva tidak terbawa arus kuat, kematian larva dan induk pun relatif sangat sedikit. Tenaga kerja efisien dan efektif, yaitu cukup dua orang untuk kolam dengan luas 800 m2. Konstruksi dasar kolam dilengkapi dengan bak yaitu disebut dengan istilah kobakan berbentuk persegi panjang dengan luas sekitar 0,5 sampai 1,5% dari luas kolam, dan tingginya 50-70 cm. dibuat dekat outlet kolam, dengan fungsi utamanya adalah sebagai tempat berkumpulnya induk dan larva pada saat pemanenan. Saluran dasar kolam (kemalir) dibuat dari inlet hingga ke kobakan yang berfungsi untuk memudahkan induk dan larva dapat berkumpul dalam kobakan pada saat panen. Penampang kolam pemijahan seperti pada Gambar 1.


Gambar 1. Penampang kolam pemijahan ikan nila

e. Persiapan Kolam
Persiapan kolam untuk kegiatan pemijahan ikan nila antara lain peneplokan/ perapihan pematang agar pematang tidak bocor, meratakan dasar kolam dengan kemiringan mengarah ke kemalir, membersihkan bak kobakan, menutup pintu pengeluaran dengan paralon, pemasangan saringan di pintu pemasukan serta pengisian kolam dengan air. Pemasangan saringan dimaksudkan untuk menghindari masuknya ikan-ikan liar sebagai predator atau kompetitor yang dapat mempengaruhi kuantitas hasil produksi maupun kualitas benih yang dihasilkan.

f. Pengelolaan Pakan dan Air saat pemijahan
Dosis pemberian pakan adalah 3% dari bobot biomas untuk lima hari pertama pemijahan dan 2-2,5% untuk lima hari berikutnya sampai panen larva. Penurunan dosis pemberian pakan ini disesuaikan dengan kondisi bahwa sebagian induk betina sedang mengerami telur dan larva. Pakan yang diberikan harus cukup mengandung protein ( 28-30%).
Selama pemijahan debit air diatur dalam dua tahap, yakni 5 hari pertama lebih besar 5 hari kedua. Debit air dalam 5 hari pertama adalah dalam rangka meningkatkan kandungan oksigen dalam air, memacu nafsu makan induk disamping mengganti air yang menguap. Dengan demikian air yang mengalir ke kolam terlimpas ke luar kolam melalui saluran pengeluaran.
Sedangkan untuk 5 hari kedua debit air hanya dimaksudkan untuk mengganti air yang terbuang melalui penguapan sedemikian rupa tanpa melimpaskan air ke luar kolam. Hal ini untuk menghindari hanyutnya larva juga menghindari limpasnya pakan alami yang terdapat di kolam pemijahan, sebagai makanan awal bagi larva.
g. Panen Larva hasil pemijahan
Panen larva dilakukan setiap sepuluh hari sekali pada pagi hari. Tergantung luas kolam, penyurutan kolam dapat mulai disurutkan sehari sebelumnya. Penyurutan air kolam dilakukan pertama-tama sampai setengah-nya. Sebelum surut total, bak tempat panen larva perlu dibersihkan dari lumpur dengan cara membuka sumbat outlet kobakan. Penyusutan secara total dilakukan sampai air hanya tersisa pada kobakan saja. Induk dan larva akan berkumpul pada kobakan, dan segera dilakukan pengambilan larva menggunakan scoop net. Kemudian larva ditampung sementara dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan mesh size 1,0 mm. Proses pengambilan larva ini dapat dilakukan oleh dua orang. Pemungutan larva dilakukan secara total sampai bersih termasuk yang masih terdapat dalam sarang, dengan cara membongkar sarang dan mengarahkan larva ke kobakan.
Sarang tempat pemijahan induk nila yang berbentuk bulat di dasar kolam perlu dihitung untuk menaksir jumlah induk yang memijah dan diratakan kembali. Ukuran larva yang dipanen ada dua ukuran, untuk itu perlu dilakukan sortasi menggunakan hapa mesh size 1,5 mm. Jumlah induk betina yang memijah sebanyak 30-40% dengan perolehan larva sebanyak 60.000-80.000 ekor/paket/10 hari
Larva ukuran kecil ( 9,0 sampai 13 mm) dapat digunakan untuk tujuan jantanisasi menggunakan pakan berhormon. Sedangkan larva ukuran besar dapat langsung didederkan dalam wadah pendederan.
2. Pendederan larva
a. Kontruksi kolam
Kontruksi kolam pendederan sama dengan untuk pemijahan. Tujuan lain dari kontruksi yang sama tersebut adalah bahwa antara kolam induk dan kolam benih dapat saling bergantian dalam penggunaannya.
b. Persiapan Kolam
Persiapan kolam untuk kegiatan pendederan ikan nila antara lain peneplokan pematang dengan kontruksi tanah, meratakan dasar kolam dengan kemiringan mengarah ke kemalir, membersihkan bak kobakan, menutup pintu pengeluaran dengan paralon, pemasangan penyaring di pintu pemasukan air, pemupukan dengan dosis 250-500 gram/m2 (sesuai dengan kesuburan tanah dan air), pengapuran (bila perlu) serta pengisian kolam dengan air. Pemasangan penyaring dimaksudkan untuk menghindari masuknya predator, ikan-ikan lain dan atau ikan nila jenis lain yang dapat mempengaruhi tidak hanya dari segi kuantitas hasil produksi, tetapi juga kualitas benih yang dihasilkan.
c. Padat Tebar
Pendederan ikan nila dilakukan dalam dua atau tiga tahap. Pendederan tiga dapat langsung merupakan lanjutan dari pendederan kedua. Lama pendederan pertama adalah 30 hari dengan target benih berukuran 3-5 cm. Pendederan kedua dan ketiga, masing-masing juga 30 hari. Benih hasil pendederan ketiga berukuran sekitar 20-30 gram/ekor.
Padat tebar pendederan pertama adalah 100-200 ekor/m2, sedangkan untuk pendederan kedua dan ketiga masing-masing 75-100 dan 50 ekor/m2.
d. Pengelolaan Pakan dan Air
Dosis pemberian pakan pendederan 1, 2 dan 3 masing-masing adalah 20, 10 dan 5% dari bobot biomas/hari. Pakan diberikan sehari 3 kali. Kandungan protein dalam pakan sekitar 26-28%.
Debit air dalam pendederan satu dan kedua tidak terlalu besar, yakni sekedar mengganti air yang menguap dan rembes. Namun untuk pendederan ketiga debit air juga dimaksudkan untuk meningkatkan daya dukung media terutama ketersedian oksigen yang berguna dan dapat meningkatkan nafsu makan serta laju pertumbuhan.
e. Panen Benih
Panen benih harus dilakukan pada saat suhu air kolam dan udara relatif sejuk, terutama pada pagi hari. Hal ini untuk menekan angka kematian saat panen. Langkah-langkah kerja dalam aktifitas panen benih sama halnya dengan kegiatan panen larva
f. Kriteria Mutu Benih Ikan Nila
Selain penguasaan teknik pembenihan, para pembenih juga sangat dianjurkan mengetahui kriteria benih yang sesuai dengan SNI. Berikut ini merupakan kriteria mutu benih ikan nila hitam berdasarkan SNI 01-6140-1999, yang terdiri dari kriteria kualitatif (Tabel 1) dan kriteria kuantitatif (Tabel 2).